Kerinduan
Ini sebenernya tugas bahasa Indonesia disuruh buat cerpen.. oke aku share di sini aja. selamat membaca
Kenangan masa kecil adalah yang paling
indah. Di mana kita masih belum memikirkan tentang kehidupan yang sesungguhnya.
Belum dibebani oleh sejuta masalah seperti orang yang sudah beranjak dewasa.
Yang ada dalam benak hanya kegembiraan dan keceriaan. Itu agak berbeda dengan
masa kecilku yang aku rasa cukup pahit karena harus kehilangan salah seorang
yang aku cintai.
Hatiku bagai tercambuk besi panas ketika
aku mengingat sosok itu. Sosok yang seakan telah lenyap dari kehidupanku. Kemanakah
ia yang selama ini kunantikan kehadirannya? Ataukah ia memang sudah benar-benar
lenyap? Aku harap tidak. Aku ingin melihat kembali rupanya walau hanya sekali.
Ah, anganku terlalu tinggi. Mungkin ia sudah tak berharap untuk menemuiku lagi.
Mungkin
kejadian beberapa tahun silam adalah saat terakhirku melihat sosok yang
kupanggil ayah itu. Waktu itu usiaku masih sangat kecil. Hari-hariku sepi dan
hanya ditemani seorang wanita paruh baya yang amat aku sayangi, nenek. Aku
jarang melihat ayah di rumah. Ibu sibuk mencari nafkah sehingga sering pulang
larut malam. Neneklah yang mengurusiku sehari-hari. Walaupun sudah renta,
beliau masih telaten merawat aku yang sedang bandel-bandelnya itu.
Suatu
hari aku melihat ayah pulang ke rumah. Aku senang sekali bisa bersua kembali
dengannya. Segera kuberlari ke arahnya dan kudekap tubuh tambun itu.
Kutumpahkan kerinduanku selama ini padanya. Selepas itu ayah tak banyak berucap
kepadaku. Kulihat ia mengemasi barang-barang dan menaruhnya ke dalam mobil pick-up yang sudah terparkir di depan
rumah nenek. Aku yang masih polos tak tahu apa yang sedang ayah lakukan. Aku
pun ikut-ikutan mengangkut barang-barang itu ke dalam mobil..
“Pa,
kenapa barang-barang ini dimasukkan ke dalam mobil?” tanyaku.
“Nggak
papa kok.” jawab ayah.
Setelah
mengemasi barang-barang tersebut ayah memberikan sejumlah uang kepadaku, begitu
juga kepada nenek.
“Ini
ya, buat kamu sama mbah. Jaga diri baik-baik ya. Papa pergi dulu.” ujar ayah.
“Yah..
pergi lagi? Papa mau ke mana, sih?” tanyaku.
“Nggak
ke mana-mana, kok.” jawabnya.
Dengan
nada memelas, kucoba untuk menahan pria itu agar tidak meninggalkanku lagi,
namun usahaku sia-sia. Semenjak itu ayah menghilang bagai ditelan bumi. Aku tak
menyangka itu adalah pertemuan terakhirku dengannya.
No coment, bad memory
ReplyDelete:-)