Kerinduan

October 11, 2015 bleu 1 Comments

Ini sebenernya tugas bahasa Indonesia disuruh buat cerpen.. oke aku share di sini aja. selamat membaca


Kenangan masa kecil adalah yang paling indah. Di mana kita masih belum memikirkan tentang kehidupan yang sesungguhnya. Belum dibebani oleh sejuta masalah seperti orang yang sudah beranjak dewasa. Yang ada dalam benak hanya kegembiraan dan keceriaan. Itu agak berbeda dengan masa kecilku yang aku rasa cukup pahit karena harus kehilangan salah seorang yang aku cintai.

Hatiku bagai tercambuk besi panas ketika aku mengingat sosok itu. Sosok yang seakan telah lenyap dari kehidupanku. Kemanakah ia yang selama ini kunantikan kehadirannya? Ataukah ia memang sudah benar-benar lenyap? Aku harap tidak. Aku ingin melihat kembali rupanya walau hanya sekali. Ah, anganku terlalu tinggi. Mungkin ia sudah tak berharap untuk menemuiku lagi.

            Mungkin kejadian beberapa tahun silam adalah saat terakhirku melihat sosok yang kupanggil ayah itu. Waktu itu usiaku masih sangat kecil. Hari-hariku sepi dan hanya ditemani seorang wanita paruh baya yang amat aku sayangi, nenek. Aku jarang melihat ayah di rumah. Ibu sibuk mencari nafkah sehingga sering pulang larut malam. Neneklah yang mengurusiku sehari-hari. Walaupun sudah renta, beliau masih telaten merawat aku yang sedang bandel-bandelnya itu.

            Suatu hari aku melihat ayah pulang ke rumah. Aku senang sekali bisa bersua kembali dengannya. Segera kuberlari ke arahnya dan kudekap tubuh tambun itu. Kutumpahkan kerinduanku selama ini padanya. Selepas itu ayah tak banyak berucap kepadaku. Kulihat ia mengemasi barang-barang dan menaruhnya ke dalam mobil pick-up yang sudah terparkir di depan rumah nenek. Aku yang masih polos tak tahu apa yang sedang ayah lakukan. Aku pun ikut-ikutan mengangkut barang-barang itu ke dalam mobil..

            “Pa, kenapa barang-barang ini dimasukkan ke dalam mobil?” tanyaku.
            “Nggak papa kok.” jawab ayah.

            Setelah mengemasi barang-barang tersebut ayah memberikan sejumlah uang kepadaku, begitu juga kepada nenek.

            “Ini ya, buat kamu sama mbah. Jaga diri baik-baik ya. Papa pergi dulu.” ujar ayah.
            “Yah.. pergi lagi? Papa mau ke mana, sih?” tanyaku.
            “Nggak ke mana-mana, kok.” jawabnya.


            Dengan nada memelas, kucoba untuk menahan pria itu agar tidak meninggalkanku lagi, namun usahaku sia-sia. Semenjak itu ayah menghilang bagai ditelan bumi. Aku tak menyangka itu adalah pertemuan terakhirku dengannya.

1 comment: